Dzikrullah, menyebut nama-nama Allah yang mulia dan sifat-sifat-Nya
yang tinggi merupakan suatu ibadah agung yang tak ternilai balasannya.
Lisan yang selalu basah dengan dzikrullah, membaca tasbih, takbir
ataupun tahlil, yang disertai dengan hati yang khusyu’ akan membuahkan
hasil yang tak bisa diungkapkan oleh kata-kata dan tak terbetik pula
oleh bayangan manusia. Hatinya semakin tuma’ninah (tenang dan lapang),
dipenuhi rahmat dan taufiq dari Allah . Sehingga ia mampu menghadapi
semua problematika hidup ini dengan dada yang lapang dan hati yang sabar
sambil mengharap keridhaan Allah . Bukankah Allah telah berfirman?!!!
(artinya):
“Bukankah dengan berdzikir kepada Allah menjadikan hati itu tuma’ninah?.” (Ar Ra’ad: 28)
Bersama kajian kita kali ini, akan dipaparkan tentang urgensi
(pentingnya) dzikrullah (berdzikir kepada Allah ) berdasarkan Al Qur’an
dan hadits-hadits yang shahih.
Kebutuhan Dzikrullah
Kebutuhan seorang hamba kepada dzikrullah bagaikan tubuhnya yang selalu
butuh kepada makan dan minum. Bila ia lupa dari dzikrullah, maka pada
hakekatnya ia dalam keadaan mati. Hatinya mati untuk mengagungkan
kebesaran penciptanya dan mensucikan nama-nama dan sifat-sifat-Nya yang
mulia. Penglihatan dan pendengarannya tiada berfungsi (mati) untuk
mengagungkan ayat-ayat kauniyah (kesempurnaan penciptaan alam semesta)
dan memperhatikan ayat-ayat syar’iyah (kesempurnaan hukum-hukum Allah ).
Dia berjalan dalam keadaan gelap gulita yang tiada dapat membedakan
antara yang haq dan yang batil. Tenggelam dalam kekufuran, kezhaliman,
kemaksiatan dan kebodohan, yang ia sadari maupun tanpa ia sadari.
Sehingga pada hakekatnya ia adalah mati disebabkan lalai dari dzikir
kepada Allah, seperti halnya ikan akan mati disebabkan kekeringan.
Demikianlah yang ditegaskan oleh Allah dalam firman-Nya (artinya):
“Dan apakah orang yang sudah mati (sebelum mendapat hidayah dan taufiq
dari Allah -pent) kemudian Kami hidupkan, lalu Kami berikan kepadanya
cahaya yang terang (cahaya ilmu dan iman -pent), maka dengan cahaya
tersebut ia bisa berjalan di tengah-tengah manusia, serupa dengan orang
yang keadaannya berada dalam gelap gulita (tenggelam dalam kekufuran,
kezhaliman dan kemaksiatan) yang sekali-kali ia tidak dapat ke luar
darinya? (Al An’am: 122)
Demikian pula Rasulullah juga menegaskan di dalam sabdanya:
مَثَلُ الَّذِيْ يَذْكُرُ رَبَّهُ وَ الَّذِي لاَيَذْكُرُ رَبَّهُ مَثَلُ الْحَيِّ وَ الْمَيِّتِ
“Permisalan orang yang berdzikir kepada Rabb-NYa dan orang yang tidak
berdzikir kepada-Nya adalah seperti orang yang hidup dan orang yang
mati.” (H.R. Al Bukhari: 6407, dari Abu Musa Al Asy’ari)
Bahkan Rasulullah menegaskan pula, bahwa rumah yang kosong dari
dzikrullah ibarat rumah yang dihuni oleh orang mati. Sebagaimana beliau
bersabda:
مَثَلُ الْبَيْتِ الَّذِيْ يُذْكَرُ اللهُ فِيْهِ وَالْبَيْتِ الَّذِي لاَيُذْكَرُ اللهُ فِيْهِ مَثَلُ الْحَيِّ وَالْمَيِّتِ
“Permisalan rumah yang digunakan berdzikir pada Allah di dalamnya dan
rumah yang tidak digunakan berdzikir pada Allah di dalamnya, seperti
orang hidup dan orang yang mati.” ( HR Muslim: 779, dari sahabat Abu
Sa’id Al Khudri )
Kewajiban Dzikrullah
Para pembaca, demikianlah kebutuhan seorang hamba terhadap dzikrullah,
atas dasar itulah Allah memerintahkan kepada para hamba-Nya untuk
senantiasa berdzikir kepada-Nya. Di dalam Al Qur’anul Karim sangatlah
banyak ayat-ayat yang menunjukkan perintah dzikrullah. Diantaranya
perintah dzikrullah secara mutlaq, dimanapun, kapanpun dan bagaimanapun
kedaannya, maka ia hendaknya selalu berdzikir kepada Allah . Sebagaimana
firman Allah (artinya):
“Wahai orang-orang yang beriman berdzikirlah kalian kepada Allah dengan
dzikir yang banyak dan bertasbihlah kepada-Nya di waktu pagi dan sore
hari. Dia-lah yang memberi rahmat kepada kalian dan malaikat-Nya
(memohonkan ampun untuk kalian) supaya Dia mengeluarkan kalian dari
kegelapan kepada cahaya (yang terang). ” ( Al Ahzab :41)
Di dalam ayat-ayat Al Qur’an yang lain Allah juga memerintahkan
dzikrullah tetapi dikaitkan dengan ibadah-ibadah besar yang lainnya.
Maka perhatikanlah ayat-ayat Allah berikut ini:
1. Perintah dzikrullah setelah menunaikan shalat.
Allah berfirman (artinya):
“Jika kalian telah menunaikan shalat maka berdzikirlah kepada Allah
sambil berdiri, duduk atau sambil berbaring di atas sisi kalian.” ( An
Nisa’ :103)
2. Perintah dzikrullah setelah menunaikan shaum (puasa).
Allah berfirman (artinya):
“Dan sempurnakanlah hitungan puasamu dan bertakbirlah kepada Allah atas
hidayah yang Allah berikan kepadamu agar kalian semua bersyukur.” (Al
Baqarah :185)
3. Perintah dzikrullah setelah menunaikan haji.
Allah berfirman (artinya):
“Jika kalian telah selesai menunaikan manasik haji kalian maka
berdzikirlah kepada Allah, sebagaimana kalian mengingat
(membangga-banggakan kebesaran) moyang-moyang kalian atau bahkan
berdzikirlah lebih dari itu kepada Allah.” (Al Baqarah :200)
4. Perintah dzikrullah disaat berjihad fii sabilillah.
Allah berfirman (artinya):
“Wahai orang-orang yang beriman jika kalian bertemu kelompok musuh,
kokohkanlah diri-diri kalian dan perbanyaklah berdzikir mengingat Allah,
agar kalian beruntung.” (Al Anfal: 45)
5. Perintah dzikrullah di dalam segala aktivitas untuk mencari karunia Allah .
Allah berfirman (artinya):
“Jika shalat jum’at telah ditunaikan, maka menyebarlah di muka bumi dan
carilah karunia Allah, dan perbanyaklah berdzikir kepada Allah agar
kalian mendapatkan keberuntungan.” (Al Jumu’ah :10)
Sehingga ibadah dzikrullah merupakan ibadah terbesar. Sebagaimana firman Allah (artinya):
“Dan sungguh berdzikir kepada Allah adalah yang terbesar.” (Al Ankabut :45)
Ayat diatas menerangkan bahwa dzikrullah merupakan ibadah terbesar.
Walaupun demikian, hal ini tidaklah bertentangan dengan dalil-dalil yang
menerangkan bahwa ibadah shalat, shaum, haji merupakan ibadah yang amat
besar pula, bahkan jihad sebagai puncak tertinggi amalan di dalam
Islam. Karena tujuan ibadah itu pada hakekatnya untuk berdzikir kepada
Allah . Dan ruh amalan-amalan ibadah itu adalah dzikrullah. Sehingga
suatu ibadah yang diiringi dengan dzikrullah itu lebih besar daripada
ibadah yang kosong dari dzikrullah. Oleh karena itu Allah berfirman:
“Dan dirikanlah shalat dalam rangka untuk mengingat-Ku.” (Thaaha :14)
Hakekat Dzikrullah
Hakekat dzikrullah akan membuahkan bagi hamba kesiapan untuk tunduk dan
pasrah dalam menerima (melaksanakan) syari’at-syari’at-Nya serta selalu
berupaya untuk mencari al haq (kebenaran). Bila ada seseorang yang
lisannya senantiasa basah dengan dzikrullah tetapi perbuatannya malah
banyak melanggar syari’at Allah dan enggan untuk mencari kebenaran, maka
sesungguhnya ia masih belum memahami arti dzikrullah dengan
sebenar-benarnya. Padahal Allah berfirman (artinya):
“Dan berdzikirlah mengingat Tuhanmu pada dirimu dengan penuh harap akan
surga-Nya dan penuh rasa cemas akan siksa-Nya.” (Al A’raf : 205)
Di dalam ayat di atas Allah memerintahakan berdzikir dengan disertai
raja’ (penuh harap) akan surga-Nya dan khauf (penuh rasa cemas) akan
siksa-Nya. Bagaimana ia berharap akan masuk al jannah (surga), sementara
ia masih melalaikan/meninggalkan amalan-amalan yang diwajbkan
kepadanya? Dan bagaimana pula ia takut dari siksa-Nya yang amat pedih,
sementara ia masih melakukan perbuatan-perbuatan keji yang justru akan
memasukkannya ke dalam an naar (neraka)?
Buah Dari Berdzikir
Dzikrullah memiliki keutamaan yang sangat banyak sekali. Bahkan Al Imam
Ibnul Qayyim di dalam kitabnya Ighatsatul lahfan menyatakan bahwa
keutamaan dari dzikirullah bisa mencapai seratus lebih. Diantara
keutamaan berdzikir, sebagai berikut:
1. Menenangkan jiwa dan menguatkan hati.
2. Meraih keberuntungan di dunia dan akhirat.
3. Mengusir syaithan dan mengenyahkannya.
4. Mendapatkan ampunan dan balasan yang besar dari Allah .
Allah berfirman (artinya):
…”Dan laki-laki maupun para wanita yang banyak berdzikir kepada Allah,
sungguh Allah sediakan bagi mereka ampunan dan pahala yang besar.” (Al
Ahzab :35)
Rasulullah bersabda:
أَلاَ أُنَبِّئُكُمْ بِخَيْرِ اَعْمَالِكُمْ وَأَزْكَاهَا عِنْدَ
مَلِيْكِكُمْ وَأَرْفَعِهَا فِيْ دَرَجَاتِكُمْ وَخَيْرٌ لَكُمْ مِنْ
إِنْفَاقِ الذَّهَبِ وَالْوَرِقِ وَخَيْرٌ لَكُمْ مِنْ أَنْ تَلْقَوْا
عَدُوَّكُمْ فَتَضْرِبُوا أَعْنَاقَهُمْ وَيَضْرِبُوا أَعْنَاقَكُمْ ،
قَالُوا: بَلى يَارَسُوْلَ اللهِ ، قَالَ: ذِكْرُ اللهِ تَعَالَى
“Maukah kalian bila aku kabarkan tentang sebaik-baiknya amalan dan yang
paling suci di sisi Penguasa Kalian (Allah ), yang paling meninggikan
derajat kalian, lebih baik daripada infaq emas maupun perak, bahkan
lebih baik bagi kalian daripada bertemu musuh kemudian kalian menebas
leher-leher mereka atau mereka yang menebas leher-leher kalian? Para
sahabat seraya menjawab: “Tentu, Wahai Rasulullah, kemudian Rasulullah
berkata: “Dzikrullah ،.”(H.R. At Tirmidzi no. 3377, lihat Shahih At
Tirmidzi 3/139 dari sahabat Abu Dzar )
“Barangsiapa mengucapkan:
لاَإِلهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَشَرِيْكَ لَهُ ، لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْئٍ قَدِيْرٌ
seratus kali dalam sehari, maka dia mendapat pahala seperti pahala
membebaskan sepuluh budak, ditetapkan baginya seratus kebaikan,
dihapuskan seratus keburukan, perlindungan dari gangguan setan pada hari
itu hingga petang hari, dan tidak ada seseorang yang membawa sesuatu
yang lebih utama daripada yang dibawa orang itu, kecuali orang yang
melakukannya lebih banyak lagi. Barangsiapa yang mengucapkan سُبْحَانَ
اللهِ وَبِحَمْدِهِ seratus kali dalam sehari, maka akan dihapuskan
dosa-dosanya sekalipun dosa-dosa itu sebanyak buih di lautan.” (H.R.
Muslim no. 2691, dari sahabat Abu Hurairah )
Dan masih banyak lagi keutamaan dzikir-dzikir lainnya yang dituntunkan di dalam hadits-hadits yang shahih.
5. Senantiasa diingat oleh Allah .
Allah berfirman (artinya):
“Maka ingatlah kalian kepada-Ku niscaya Aku akan mengingat kalian.” (Al Baqarah :152)
Peringatan dari Lalai Berdzikir kepada Allah
Setelah kita mengetahui betapa besar urgensinya dzikrullah bagi seorang
hamba dan bahkan merupakan perintah dari Allah , maka melalaikan
dzikrullah merupakan perkara yang dilarang pula oleh-Nya. Bahkan Allah
memberitakan tentang kerugian besar bagi orang yang melalaikan dzikir
dan tersibukkan dengan selainnya:
“Wahai orang-orang yang beriman, jangan sampai harta dan anak-anakmu
melalaikan kalian dari berdzikir kepada Allah, dan siapa yang melakukan
hal itu, maka mereka adalah orang-orang yang merugi.” (Al Munafiqun :9)
“Dan barangsiapa yang berpaling dari peringatan-Ku, maka sesungguhnya
baginya penghidupan yang sempit, dan Kami akan menghimpun pada hari
kiamat dalam keadaan buta. Berkatalah ia: “Ya Rabbi, mengapa Engkau
menghimpunku dalam kedaan buta padahal aku dahulunya dapat melihat.
Allah berfirman: “Demikianlah telah datang kepadamu ayat-ayat Kami, maka
kamu melupakannya, dan begitu pula hari ini kamupun dilupakan.”
(Thaaha: 124-126)
Rasulullah bersabda:
مَنْ قَعَدَ مَقْعَدًا لَمْ يَذْكُرِ اللهَ فِيْهِ كَانَتْ عَلَيْهِ مِنَ
اللهِ تِرَةً وَمَنِ اضْطَجَعَ مُضْطَجَعًا لَمْ يَذْكُرِ اللهَ فِيْهِ
كَانَتْ عَلَيْهِ مِنَ اللهِ تِرَةً
“Barangsiapa yang duduk pada suatu majelis dalam keadaan tidak berdzikir
kepada Allah, maka hal itu menjadi pengurang dan kerugian dari Allah
terhadapnya. Dan barangsiapa yang berbaring di atas pembaringan dalam
kea daan tidak berdzikir kepada-Nya, maka hal itu menjadi pengurang dan
kerugian dari Allah terhadapnya. (H.R. Abu Dawud no. 4856, lihat
Shahihul Jami’ 5/342 dari sahabat Abu Hurairah )
Akhir kata, mudah-mudahan tulisan yang singkat ini dapat menumbuhkan dan
memperkokoh dzikir kita kepada Allah dan mendorong kita untuk terus
mempelajari dzikir-dzikir yang terdapat dalam hadits-hadits Rasulullah
yang shahih.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar