Allah Ta'ala berfirman, “Hai orang-orang yang beriman, berdzikirlah
(dengan menyebut nama) Allah, dzikir yang sebanyak-banyaknya. Dan
bertasbihlah kepada-Nya di waktu pagi dan petang.” (Q.S. Al-Ahzab :
41,42).
Allah juga berfirman, “Orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi
tenteram dengan mengingat Allah (dzikrullah). Ingatlah, hanya dengan
mengingat Allah-lah hati menjadi tenteram.” (Q.S. Ar Ra'd : 28)
Dzikrullah
meliputi segala aspek kehidupan. Dzikir dapat berupa lisan, membaca,
tadabbur alam, mengingat mati, dan semua aktivitas yang bertujuan
mengingat dan mendekatkan diri kepada Allah. Beberapa orang telah
membuktikan betapa dengan mengingat Allah, hidup menjadi lebih tenteram
dan tenang meski tak ada harta melimpah atau kedudukan tinggi di level
sosial masyarakat.
Sebut saja namanya Abdurochman, satpam di salah
satu perguruan tinggi di Kota Surakarta. Raut muka bersahaja nan ceria
tampak dari air mukanya. Meski wajahnya sekilas tampak sangar, tetapi
tutur kata yang sopan pasti kan mengakrabkan siapa saja yang bertegur
sapa dengannya. Tak ada yang terlalu istimewa selain jenggot lebat yang
menghias di janggut. Atau juga sorban yang biasa bertengger di kepala
ketika hari Jum'at menjelang. Bapak ini berbagi cerita secara panjang
lebar tentang aktivitas dan pengalaman hidupnya.
Yah, nikmatnya
berdzikirlah yang membuat Abdurochman begitu tenang menghadapi dunia.
Bahkan, saking nikmatnya, kadang ia sampai tidak sadar kalau dzikir
setelah shalat yang ia lakukan telah memakan waktu setengah jam atau
lebih. “Rasanya tenang, gak mikir apa-apa, semua beban di dunia ini
lepas,” terangnya kepada MNH.
Profesinya sebagai seorang satpam ia
tekuni sejak 1999. Saat itu, ia mendapat jatah untuk piket jaga malam
hari. Sedangkan pada pagi harinya, ia menarik becak di sekitar Jaten,
Karanganyar. Meski demikian, kebiasaan untuk selalu shalat di masjid
Alhamdulillah selalu ia jalankan kecuali pada kondisi yang sangat tidak
memungkinkan. Beberapa orang temannya sering berkata kalau shalatnya
lama sekali. “Katanya shalat saya lama. Padahal sepertinya biasa saja,”
ceritanya sambil tertawa kecil.
Amalan dzikir dan shalat di masjid
telah ia jalankan sejak kecil. Pada masa itu, anak-anak sebayanya
cenderung melakukan perbuatan-perbuatan yang tidak sesuai ajaran Islam
seperti mabuk-mabukan. Karenanya, Abdurochman menjadi lebih sering ke
masjid bersama seorang haji yang tinggal di daerah tersebut. Dzikir yang
dilakukannya setelah shalat merupakan dzikir-dzikir yang biasa
diamalkan Rasulullah seperti istighfar, tasbih, tahmid, takbir, dan
tahlil. Amalan itu dilakukannya untuk mendapat fadhilah amal (keutamaan
amal) seperti ajaran Rasul. Ia bertekad kuat untuk senantiasa
menjalankannya. “Shalat itu adalah ibadah paling utama bagi seorang
Muslim,” katanya.
Diakui lelaki lulusan SMEA ini, ia mengkhususkan
diri berdzikir dengan sungguh-sungguh hanya setelah shalat saja.
Menurutnya, dengan dzikir sungguh-sungguh, hati menjadi tenang. “Menurut
saya, di dunia ini, bukan harta, uang atau istri yang menjadi tujuan,
tetapi ketenangan hati,” ungkap bapak tiga putri ini. Secara fisik,
manfaat yang ia dapatkan dari aktivitas dzikirnya adalah menghilangkan
capek serta menghilangkan pikiran yang penat. Dunia menjadi lepas dan
ketenangan akan menyelimuti diri.
Selain paska shalat, lelaki yang
dulu pernah menjadi penjual tahu putih ini juga biasa berdzikir dengan
membaca Al-Qur'an. Ada target khusus yang ia tentukan dalam
mengkhatamkan 30 juz Al-Qur'an. “Target satu bulan khatam, kalau bisa.
Jangan lebih dari 40 hari,” terangnya. Karena mengkhatamkan Al-Qur'an
lebih dari 40 hari menurut hadits memang mencirikan orang yang malas.
Astaghfirullah hal 'adzim, semoga kita senantiasa menjadi umat-Nya yang
taat.
Abdurochman, dilihat sepintas memang “hanyalah” seperti satpam
kebanyakan. Tetapi ternyata, dirinya mendapat rahmat untuk bisa melihat
makhluk halus di sekitarnya. “Dulu, pertama kali lihat “begitu” waktu
masih kecil, saya takut bukan kepalang,” katanya. Dulu, dirinya juga
pernah dicoba “dikirimi” jin untuk mengacaukan akidahnya. Setelah
berkonsultasi dengan seorang ustadz, lelaki berjanggut lebat ini
kemudian belajar ilmu ruqyah untuk mengusir jin dari orang kesurupan.
“Saya ingin berdakwah, baik kepada manusia, maupun kalangan jin,”
ceritanya lagi. Alhamdulillah, beberapa jin bersedia masuk Islam.
Bagi
kebanyakan kita, mungkin profesi sebagai satpam adalah profesi yang
dipandang sebelah mata. Tetapi, sosok satpam yang senantiasa shalat ke
masjid, bersungguh-sungguh dalam berdzikir itu telah memberikan fakta
nyata tentang ketenangan hidup yang muncul dari keyakinan yang tulus
akan rahmat Allah, termasuk dalam hal rezeki.
Dzikir dari Segi Klinis
Di
sela kesibukannya sebagai dokter yang praktek di Poliklinik Nur
Hidayah, Poliklinik Shofa Gondang Rejo, Karanganyar dan Apotek Akrab
Sehat Pasar Mangu, Ngresep, Boyolali, dr. Dian Setiawan menuturkan bahwa
dewasa ini, di mana zaman sangatlah maju, perkembangan teknologi yang
sangat pesat memengaruhi gaya hidup dan interaksi sosial manusia. Saat
ini manusia dihadapkan pada situasi yang serba “uang”. Banyak orang awam
beranggapan bahwa uang adalah segalanya. Dengan uang yang banyak
manusia bisa bahagia. Kehidupan yang bergeser ke arah
“materialistik/hedonisme”. Padahal, hal tersebut tidak sepenuhnya benar.
Hati yang gelisah, tidak tenang, terlalu banyak menyimpan masalah dan
tidak dapat mengikhlaskannya/tidak dapat menemukan solusi yang tepat,
akan berakibat pada gangguan kesehatan jiwanya.
Dalam dunia
kedokteran, terdapat suatu penyakit yang disebut psikosomatik yaitu
gejala penyakit yang disebabkan oleh tekanan psikologis/stress yang
memberikan dampak pada penyakit jasmani. Penyakit ini berawal dari suatu
kegalauan dalam hati seseorang. Apabila kegalauan ini tidak menemukan
solusi yang tepat maka terjadilah depresi. Depresi menimbulkan suatu
kegelisahan dalam keseharian. Pada awalnya dapat menimbulkan beberapa
masalah fisik seperti leher/punggung terasa kaku, pusing, sulit tidur
(insomnia), jantung berdetak kencang, sulit konsentrasi, nyeri perut
(gastritis), diare, sering kencing, tekanan darah dan kadar gula darah
yang meningkat serta masih banyak lagi. “Tidak semua gejala tersebut
akan muncul secara bersama-sama,” terang dr. Dian.
Ditambahkan pula
oleh dr. Dian, bahwa pada pemeriksaan awal, biasanya tidak didapatkan
suatu kelainan pada pemeriksaan fisik. Akan tetapi apabila didalami lagi
maka akan mengarah ke suatu permasalahan batin yang tidak terselesaikan
dengan tuntas. Jika hal ini berlangsung dan sampai pada taraf kronis,
akan timbul gangguan kesehatan jasmani secara nyata. Kasus psikosomatik
ini bukan kasus yang jarang terjadi. “Di zaman yang serba modern ini,
haruslah ditopang dengan kesehatan jiwa yang kuat, yaitu menguatkan
kadar keimanan kita. Salah satu caranya dengan beribadah secara khusyu',
khususnya berdzikir,” terang beliau.
Menurutnya, berdzikir bukan
hanya mulut yang mengucapkan Asma Allah semata, akan tetapi hati dan
pikiran juga konsentrasi terhadap apa yang sedang diucapkan oleh mulut
kita. Dalam kesehariannya, seorang muslim pastilah sering melakukan
dzikir. Namun ada juga yang sudah melakukan dzikir tetapi masih tidak
merasakan manfaatnya secara maksimal. Padahal, apabila dzikir dilakukan
secara sungguh-sungguh (khusyu') manfaatnya sangatlah besar, khususnya
bagi kesehatan jiwa. “Kesehatan jiwa yang baik akan memberikan efek yang
baik kepada kesehatan jasmani,” imbuhnya.
Kecenderungan manusia
seringkali hanya mengingat Allah pada saat-saat sulit dalam hidupnya.
Pada saat tenang, justru manusia melupakan Allah. Padahal, berdasarkan
Al-Qur'an, mengingat Allah akan memberi banyak manfaat bagi manusia,
khususnya ketenangan batin. Dalam Hadits, Rasulullah juga mengajarkan
kepada manusia, khususnya kita umat Islam untuk senantiasa mengingat
Allah dalam segala keadaan. “Perumpamaan orang yang berdzikir kepada
Allah dengan yang tidak berdzikir itu seperti orang yang hidup dengan
orang yang mati.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar