Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah!
Seorang Salafushalih yang tinggal sendirian di tengah padang
pasir pernah ditanya, ”Apakah engkau tidak merasa terancam?” Ia
menjawab, “Apakah ada orang yang merasa terancam dan khawatir (jika ia)
bersama Allah?”.
Merasa bersama Allah adalah sumber ketenangan bagi seorang Muslim.
Sebaliknya, merasa tidak bersama Allah, apalagi merasa dimurkai karena
berbuat maksiat atau melanggar larangan-Nya, merupakan sumber
ketidaktenangan atau kegelisahan hati. Maka, jika ingin hidup tenang,
jangan berbuat dosa, dan selalulah mengingat Allah dalam setiap keadaan,
suka dan duka.
Kecemasan akan menjauhi orang yang selalu berdzikir karena merasakan Allah Swt selalu dekat dengan-Nya.”Ingatlah, dengan berdzikir kepada Allah hati akan tenang”
(Q.S. 13:28). Dzikrullah akan membawa ketenangan batin karena ingat
kepada Allah berarti ingat akan kekuasaan-Nya. Masalah seberat dan
sebesar apa pun, sangat kecil dalam pandangan Allah. Penyakit stes tidak
mungkin menimpa orang yang suka dzikrullah.
Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah!
Jika kita menghadapi masalah yang memusingkan kepala, ingatlah akan
kekuasaan Allah. Dia pastilah memberikan apa yang terbaik bagi
hamba-Nya. Yakinlah selalu, bahwa apa yang kita hadapi atau kita terima,
semuanya kehendak Allah dan terbaik bagi kita. Kadangkala apa yang kita
pandang buruk, justru itulah yang terbaik bagi kita menurut kehendak
Allah.
Rumah orang yang melakukan dzikrullah akan bercahaya bak bintang. Abu
Hurairah r.a. menyampaikan sabda Rasulullah Saw, bahwa Allah akan
menerangi rumah orang yang berdzikir hingga rumah itu akan terlihat oleh
penduduk langit. Sesungguhnya penghuni langit melihat rumah-rumah ahli
dzikir yang diterangi oleh dzikir mereka. Sinar itu bercahaya seperti
bintang bagi penduduk bumi.
Tepatlah jawaban Imam Hasan Al-Bashri saat ditanya seorang pemuda,
”Kenapa orang yang gemar melakukan shalat tahajjud wajahnya enak
dipandang?” Al-Bashri mengatakan, ”Bagaimana tidak, mereka telah
berkhalwat (menyendiri) dengan yang Maha Pengasih kemudian Allah pasti
memberikan cahaya-Nya pada orang tersebut”.
Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah!
Dzikir bukan saja menimbulkan kekuatan luar biasa
yang membuat ketenangan batin, ketentraman hati, atau kenyamanan jiwa,
melainkan juga akan akan membuat seseorang terkendali perilakunya, yaitu
dengan kendali garis ketentuan Allah berupa perintah dan larangan-Nya.
Kita ingat kisah populer mengenai contoh dzikrullah, yaitu ketika
Khalifah Umar bin Khattab menguji seorang anak penggembala domba. Umar
meminta agar anak itu menjual seekor dombanya, dan tidak usah takut pada
majikannya karena ia tidak akan tahu. Anak itu menolak seraya berkata,
“Memang ia (majikanku) tidak akan tahu, tapi Allah mengetahuinya”.
Versi lain menyebutkan, anak itu berkata, “Lalu di mana Allah (fa ‘ainallah)?”.
Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah!
Jelaslah, dzikrullah akan membuat seseorang terkendali perilakunya,
yaitu dengan kendali garis ketentuan Allah berupa perintah dan
larangan-Nya. Ia pun akan merasa malu pada-Nya, sehingga tercegah untuk
berbuat yang dapat membuat-Nya murka dan sebaliknya selalu berupaya
melakukan amal saleh.
Dengan dzikrullah kita akan menyadari, betapa Allah Mahatahu apa yang
kita lakukan, baik dalam hati (tersembunyi) maupun yang
terang-terangan. “Katakanlah, meskipun kamu sembunyikan apa yang ada
dalam hatimu ataupun kamu perlihatkan, pati diketahui juga oleh Allah.
Dia mengetahui apa yang ada di langit maupun di bumi…” (Q.S. 3:29).
Orang yang berdzikir akan merasa malu pada-Nya, sehingga tercegah
untuk berbuat yang dapat membuat-Nya murka dan sebaliknya selalu
berupaya melakukan amal saleh. Ia akan malu jika tidak shalat, tidak
mengeluarkan zakat, tidak berpuasa, tidak naik haji padahal mampu, tidak
berjuang membela agama Allah. Ia akan malu jika mengabaikan seruan
Islam untuk berjihad, berinfak, bersedekah, berdakwah. Ia akan malu jika
diam saja ketika banyak saudara seimannya yang menderita, dizhalimi
musuh-musuh Allah.
Orang yang selalu dzikrullah di mana saja ia berada, dalam keadaan
sendiri ataupun bersama orang lain, dan dalam kondisi apa saja, akan
mendapat perlindungan-Nya. Sabda Nabi Saw, “Orang yang bangun di pagi hari hanya dengan Allah di dalam pikirannya, maka Allah akan menjaganya di dunia ini dan di akhirat”.
Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah!
Allah Swt memerintahkan setiap mukmin untuk
sebanyak-banyaknya melakukan dzikrullah . Dia juga mengingatkan agar
jangan sampai harta dan anak-anak yang kita miliki menjadikan kita lupa
pada-Nya.
“Hai orang-orang yang beriman, ingatlah selalu pada Allah dengan dzikir yang sebanyak-banyaknya…” (Q.S. 33:41).
”Janganlah harta-hartamu dan anak-anakmu melalaikanmu dari
mengingat Allah. Siapa yang berbuat demikian, maka mereka termasuk
orang-orang yang rugi” (Q.S. 63:9).
Dapat dibayangkan, betapa damainya dunia dan makmurnya kehidupan
jika dzikrullah membudaya di kalangan umat. Karena dzikrullah akan
dapat mencegah terjadinya praktek-prak tek korupsi, manipulasi,
penipuan, pemalsuan, kolusi, penyelewengan wewenang, penyalahgunaan
jabatan, dan bentuk munkarat lainnya.
Dzikrullah adalah merasakan kehadiran Allah dalam diri. Dia selalu
mengawasi; siap memberi pertolongan dan rahmat jika kita berbuat baik,
juga siap memberi peringatan dan adzab jika kita berbuat dosa.
Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah!
Kekuatan dzikrullah melahirkan amal saleh, menimbulkan semangat jihad
dan siap berkorban apa saja demi Islam yang luar biasa. Karena
dzikrullah, generasi intifadhah di Palestina siap mati dengan ”bom
syahid”. Dengan dzikrullah, generasi pembela Islam siap berkorban apa
saja –harta, jiwa, raga, tenaga, pikiran– demi tegaknya syiar Islam.
Mari perbanyak dzikir sebagaimana diperintahkan Allah. Dzikir terbaik
dan terpenting adalah melaksanakan shalat. Berdzikirlah sebagaimana
dicontohkan Rasulullah Saw dan para sahabat. Jangan lakukan dzikir
dengan cara yang tidak diperintahkan atau dicontohkan Rasul karena hal
itu malah bisa menjadian kita terjerumus ke jurang bid’ah (mengada-ada) yang sudah divonis sesat (dholalah) oleh Rosulullah Saw. Wallahu a’lam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar