Senin, 16 April 2012

Dzikirlah, Hati Kita Akan Tenang

Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah!
Seorang Salafushalih yang tinggal sendirian di tengah padang pasir pernah ditanya, ”Apakah engkau tidak merasa terancam?” Ia menjawab, “Apakah ada orang yang merasa terancam dan khawatir (jika ia) bersama Allah?”.
Merasa bersama Allah adalah sumber ketenangan bagi seorang Muslim. Sebaliknya, merasa tidak bersama Allah, apalagi merasa dimurkai karena berbuat maksiat atau melanggar larangan-Nya, merupakan sumber ketidaktenangan atau kegelisahan hati. Maka, jika ingin hidup tenang, jangan berbuat dosa, dan selalulah mengingat Allah dalam setiap keadaan, suka dan duka.
Kecemasan akan menjauhi orang yang selalu berdzikir karena merasakan Allah Swt selalu dekat dengan-Nya.”Ingatlah, dengan berdzikir kepada Allah hati akan tenang” (Q.S. 13:28). Dzikrullah akan membawa ketenangan batin karena ingat kepada Allah berarti ingat akan kekuasaan-Nya. Masalah seberat dan sebesar apa pun, sangat kecil dalam pandangan Allah. Penyakit stes tidak mungkin menimpa orang yang suka dzikrullah.
Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah!
Jika kita menghadapi masalah yang memusingkan kepala, ingatlah akan kekuasaan Allah. Dia pastilah memberikan apa yang terbaik bagi hamba-Nya. Yakinlah selalu, bahwa apa yang kita hadapi atau kita terima, semuanya kehendak Allah dan terbaik bagi kita. Kadangkala apa yang kita pandang buruk, justru itulah yang terbaik bagi kita menurut kehendak Allah.
Rumah orang yang melakukan dzikrullah akan bercahaya bak bintang. Abu Hurairah r.a. menyampaikan sabda Rasulullah Saw, bahwa Allah akan menerangi rumah orang yang berdzikir hingga rumah itu akan terlihat oleh penduduk langit.  Sesungguhnya penghuni langit melihat rumah-rumah ahli dzikir yang diterangi oleh dzikir mereka. Sinar itu bercahaya seperti bintang bagi penduduk bumi.
Tepatlah jawaban Imam Hasan Al-Bashri saat ditanya seorang pemuda, ”Kenapa orang yang gemar melakukan shalat tahajjud wajahnya enak dipandang?” Al-Bashri mengatakan, ”Bagaimana tidak, mereka telah berkhalwat (menyendiri) dengan yang Maha Pengasih kemudian Allah pasti memberikan cahaya-Nya pada orang tersebut”.
Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah!
Dzikir bukan saja menimbulkan kekuatan luar biasa yang membuat ketenangan batin, ketentraman hati, atau kenyamanan jiwa, melainkan juga akan akan membuat seseorang terkendali perilakunya, yaitu dengan kendali garis ketentuan Allah berupa perintah dan larangan-Nya.
Kita ingat kisah populer mengenai contoh  dzikrullah,  yaitu ketika Khalifah Umar bin Khattab menguji seorang anak penggembala domba. Umar meminta agar anak itu menjual seekor dombanya, dan tidak usah takut pada majikannya karena ia tidak akan tahu. Anak itu menolak seraya berkata,  “Memang ia (majikanku) tidak akan tahu, tapi Allah mengetahuinya”. Versi lain menyebutkan, anak itu berkata,  “Lalu di mana Allah (fa ‘ainallah)?”.
Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah!
Jelaslah, dzikrullah akan membuat seseorang terkendali perilakunya, yaitu dengan kendali garis ketentuan Allah berupa perintah dan larangan-Nya. Ia pun akan merasa malu pada-Nya, sehingga tercegah untuk berbuat yang dapat membuat-Nya murka dan sebaliknya selalu berupaya melakukan amal saleh.
Dengan dzikrullah kita akan menyadari, betapa Allah Mahatahu apa yang kita lakukan, baik dalam hati (tersembunyi) maupun yang terang-terangan. “Katakanlah, meskipun kamu sembunyikan apa yang ada dalam hatimu ataupun kamu perlihatkan, pati diketahui juga oleh Allah. Dia mengetahui apa yang ada di langit maupun di bumi…” (Q.S. 3:29).
Orang yang berdzikir akan merasa malu pada-Nya, sehingga tercegah untuk berbuat yang dapat membuat-Nya murka dan sebaliknya selalu berupaya melakukan amal saleh. Ia akan malu jika tidak shalat, tidak mengeluarkan zakat, tidak berpuasa, tidak naik haji padahal mampu, tidak berjuang membela agama Allah. Ia akan malu jika mengabaikan seruan Islam untuk berjihad, berinfak, bersedekah, berdakwah. Ia akan malu jika diam saja ketika banyak saudara seimannya yang menderita, dizhalimi musuh-musuh Allah.
Orang yang selalu dzikrullah di mana saja ia berada, dalam keadaan sendiri ataupun bersama orang lain, dan dalam kondisi apa saja, akan mendapat perlindungan-Nya. Sabda Nabi Saw,  “Orang yang bangun di pagi hari hanya dengan Allah di dalam pikirannya, maka Allah akan menjaganya di dunia ini dan di akhirat”.
Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah!
Allah Swt memerintahkan setiap mukmin untuk sebanyak-banyaknya melakukan dzikrullah . Dia juga mengingatkan agar jangan sampai harta dan anak-anak yang kita miliki menjadikan kita lupa pada-Nya.
“Hai orang-orang yang beriman, ingatlah selalu pada Allah dengan dzikir yang sebanyak-banyaknya…” (Q.S. 33:41).
”Janganlah harta-hartamu dan anak-anakmu melalaikanmu dari mengingat Allah. Siapa yang berbuat demikian, maka mereka termasuk orang-orang yang rugi” (Q.S. 63:9).
Dapat dibayangkan, betapa damainya dunia dan makmurnya kehidupan jika  dzikrullah membudaya di kalangan umat. Karena dzikrullah akan dapat mencegah terjadinya praktek-prak tek korupsi, manipulasi, penipuan, pemalsuan, kolusi, penyelewengan wewenang, penyalahgunaan jabatan, dan bentuk  munkarat lainnya.
Dzikrullah adalah merasakan kehadiran Allah dalam diri. Dia selalu mengawasi; siap memberi pertolongan dan rahmat jika kita berbuat baik, juga siap memberi peringatan dan adzab jika kita berbuat dosa.
Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah!
Kekuatan dzikrullah melahirkan amal saleh, menimbulkan semangat jihad dan siap berkorban apa saja demi Islam yang luar biasa. Karena dzikrullah, generasi intifadhah di Palestina siap mati dengan ”bom syahid”. Dengan dzikrullah, generasi pembela Islam siap berkorban apa saja –harta, jiwa, raga, tenaga, pikiran– demi tegaknya syiar Islam.
Mari perbanyak dzikir sebagaimana diperintahkan Allah. Dzikir terbaik dan terpenting adalah melaksanakan shalat. Berdzikirlah sebagaimana dicontohkan Rasulullah Saw dan para sahabat. Jangan lakukan dzikir dengan cara yang tidak diperintahkan atau dicontohkan Rasul karena hal itu malah bisa menjadian kita terjerumus ke jurang bid’ah (mengada-ada) yang sudah divonis sesat (dholalah) oleh Rosulullah Saw. Wallahu a’lam.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar