“Bukankah dengan mengingat Allah hati menjadi tenang?” demikianlah
firman Allah Subhanahu wa Ta’ala dalam QS. Ar-Ra’du: 28. Seyogyanya
seorang muslim menghiasi hidupnya dengan memperbanyak dzikir kepada
Allah, di mana dan kapan pun juga. Ketenangan jiwa dan kenyamanan hidup
hanya didapat oleh seorang manusia dengan berdzikir kepada Allah.
Tentunya ‘dzikir’ dengan makna yang lebih luas cakupannya, bukan sebatas
dzikir dengan lisan saja sebagaimana yang banyak kita saksikan hari
ini.
Munculnya penomena majelis dzikir, Indonesia berdzikir, dzikir nasional
dan istilah lainnya sebenarnya sesuatu yang positif. Namun amat
disayangkan, banyak kaum muslimin yang melakukan hal demikian, justru
terjerumus pada banyak kesalahan yang menunjukkan mereka tidak mengerti
bagaimana dzikir pada hakikatnya.
Sebagai contoh, ada seorang ibu muda yang aktif mengikuti ‘majelis
dzikir’. Kecintaannya pada dzikir begitu mempesona. Bahkan dia tidak
canggung mengajak teman-temannya dari kalangan para ibu untuk mengikuti
kegiatan tersebut. Tapi, bila kita lihat kehidupannya sehari-hari
sungguh memprihatinkan. Keluar rumah tanpa menutup auratnya, ngobrol
dengan kaum pria yang bukan mahromnya begitu ‘nyantainya’.
Lantas di mana buah dzkir yang selama ini ia lakukan? Apa dzikir itu sendiri? Apakah dzikir itu hanya sebatas di lisan saja?
Tema kita kali ini akan membahas seputar dzikir dan hakikatnya yang
sebenarnya, agar dzikir yang kita lakukan benar di mata Allah dan juga
di mata manusia.
Urgensi dan Kedudukan Dzikir
Satu kepastian bahwa dzikir dan do’a adalah sebaik-baik amalan yang
mendekatkan diri seorang muslim kepada Rabbnya, bahkan ia merupakan
kunci semua kebaikan yang diinginkan seorang hamba di dunia dan akhirat.
Kapan saja yang Alah Ta’ala berikan kunci ini pada seorang hamba maka
Allah Ta’ala inginkan ia membukanya dan jika Allah menyesatkannya maja
pintu kebaikan tersisa jauh darinya, sehingga hatinya gundah gulana,
bingung, pikiran kalut, depresi dan lemah semangat dan keinginannya.
Apabila ia menjaga dzikir dan do’a serta terus berlindung kepada Allah
maka hatinya akan tenang, sebagaiman firman Allah :
الَّذِينَ ءَامَنُوا وَتَطْمَئِنُّ قُلُوبُهُم بِذِكْرِ اللهِ أَلاَبِذِكْرِ اللهِ تَطْمَئِنُّ الْقُلُوبُ
“(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram
dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati
menjadi tenteram.” (QS. Ar-Ra’du :28)
Allah berfirman menjelaskan arti penting dan kedudukan dzikir dalam banyak ayatnya, diantaranya:
إِنَّ الْمُسْلِمِينَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِينَ
وَالْمُؤْمِنَاتِ وَالْقَانِتِينَ وَالْقَانِتَاتِ وَالصَّادِقِينَ
وَالصَّادِقَاتِ وَالصَّابِرِينَ وَالصَّابِرَاتِ وَالْخَاشِعِينَ
وَالْخَاشِعَاتِ وَالْمُتَصَدِّقِينَ وَالْمُتَصَدِّقَاتِ وَالصَّآئِمِينَ
وَالصَّآئِمَاتِ وَالْحَافِظِينَ فُرُوجَهُمْ وَالْحَافِظَاتِ
وَالذَّاكِرِينَ اللهَ كَثِيرًا وَالذَّاكِرَاتِ أّعَدَّ اللهُ لَهُم
مَّغْفِرَةً وَأَجْرًا عَظِيمًا
“Sesungguhnya laki-laki dan perempuan yang muslim, laki-laki dan
perempuan yang mu’min, laki-laki dan perempuan yang tetap dalam
keta’atannya, laki-laki dan perempuan yang benar, laki-laki dan
perempuan yang sabar, laki-laki dan perempuan yang khusyu’, laki-laki
dan perempuan yang bersedekah, laki-laki dan perempuan yang berpuasa,
laki-laki dan perempuan yang memelihara kehormatannya, laki-laki dan
perempuan yang banyak menyebut (nama) Allah, Allah telah menyediakan
untuk mereka ampunan dan pahala yang besar.” (QS. Al-Ahzaab :35)
Demikian juga Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam telah
menjelaskan secara gamblang arti penting dan kedudukan dzikir pada diri
seorang muslim dalam banyak haditsnya, diantaranya:
عَنْ أَبِي مُوسَى رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَثَلُ الَّذِي يَذْكُرُ رَبَّهُ وَالَّذِي
لَا يَذْكُرُ رَبَّهُ مَثَلُ الْحَيِّ وَالْمَيِّتِ
“Dari Abu Musa , beliau berkata: telah bersabda Nabi Shallallahu
‘Alaihi wa Sallam, “Permisalan orang yang berdzikir kepada Allah dan
yang tidak berdzikir seperti orang yang hidup dan mati.” (HR.
Al-Bukhari)
Dan hadits beliau yang berbunyi:
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَسِيرُ فِي طَرِيقِ مَكَّةَ فَمَرَّ عَلَى جَبَلٍ
يُقَالُ لَهُ جُمْدَانُ فَقَالَ سِيرُوا هَذَا جُمْدَانُ سَبَقَ
الْمُفَرِّدُونَ قَالُوا وَمَا الْمُفَرِّدُونَ يَا رَسُولَ اللَّهِ قَالَ
الذَّاكِرُونَ اللَّهَ كَثِيرًا وَالذَّاكِرَاتُ
“Dari Abu Hurairah, beliau berkata: “Al-Mufarridun telah mendahului”
mereka bertanya: ‘Siapakah Al-Mufarridun wahai Rasulullah?’ Beliau
menjawab: “Laki-laki dan perempuan yang banyak berdzikir.” (HR. Muslim)
Keutamaan dan Fadah Dzikir
Keutamaan dan faedah dzikir sangat banyak sekali, sampai-sampai imam
Ibnul Qayyim menyatakan dalam kitabnya Al-Waabil Ash-Shoyyib bahwa
dzikir memiliki lebih dari seratus faedah dan menyebutkan tujuh puluh
tiga faedah didalam kitab tersebut.
Diantara keutamaan dan faedah dzikir adalah:
1. Dzikir dapat mengusir syaitan dan melindungi orang yang berdzikir
darinya, sebagaimana sabda Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam:
“Dan aku (Yahya bin Zakariya) memerintahkan kalian untuk banyak
berdzikir kepada Allah. Permisalannya itu seperti seseorang yang
dikejar-kejar musuh lalu ia mendatangi benteng yang kokoh dan berlindung
di dalamnya. Demikianlah seorang hamba tidak dapat melindungi dirinya
dari syaitan kecuali dengan dzikir kepada Allah.” (HR. At-Tirmidzi dan
Ahmad)
Ibnul Qayim memberikan komentarnya terhadap hadits ini: ‘Seandainya
dzikir hanya memiliki satu keutamaan ini saja, maka sudah cukup bagi
seorang hamba untuk tidak lepas lisannya dari dzikir kepada Allah dan
senantiasa gerak berdzikir, karena ia tidak dapat melindungi dirinya
dari musuhnya kecuali dengan dzikir kepada Allah. Para musuh hanya akan
masuk melalui pintu kelalaian dalam keadaan terus mengintainya. Jika ia
lengah maka musuh langsung menerkam dan memangsanya dan jika berdzikir
kepada Alah maka musuh Allah itu meringkuk dan merasa kecil serta
melemah sehingga seperti Al Wash’ (sejenis burung kecil) dan seperti
lalat’.
Manusia ketika lalai dari dzikir maka syaitan langsung menempel dan
menggodanya serta menjadi teman yang selalu menyertainya, sebagaimana
firman Allah:
وَمَن يَعْشُ عَن ذِكْرِ الرَّحْمَنِ نُقَيِّضْ لَهُ شَيْطَانًا فَهُوَ لَهُ قَرِينٌ
“Barangsiapa yang berpaling dari dzikir (Rabb) Yang Maha Pemurah
(Al-Qur’an), Kami adakan baginya syaitan (yang menyesatkan) maka syaitan
itulah yang menjadi teman yang selalu menyertainya.” (QS. Az
Zukhruf:36).
Seorang hamba tidak mampu melindungi dirinya dari syaitan kecuali dengan dzikir kepada Allah.
2. Dzikir dapat menghilangkan kesedihan, kegundahan dan depresi dan
dapat mendatangkan ketenangan, kebahagian dan kelapangan hidup. Hal ini
dijelaskan Allah dalam firmanNya:
“(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram
dengan mengingat Allah.Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati
menjadi tenteram.” (QS. Ar-Ra’du :28)
3. Dzikir dapat menghidupkan hati, bahkan dzikir itu sendiri pada
hakekatnya adalah kehidupan bagi hati tersebut. Apabila hati kehilangan
dzikir maka seakan-akan kehilangan kehidupannya sehingga tidak hidup
sebuah hati tanpa dzikir kepada Allah. Oleh karena itu Syaikhul Islam
Ibnu Taimiyah berkata: ‘Dzikir bagi hati seperti air bagi ikan, lalu
bagaimana keadaan ikan jika kehilangan air?’
4. Dzikir menghapus dosa dan menyelamatkannya dari adzab Allah,
karena dzikir merupakan satu kebaikan yang besar dan kebaikan menghapus
dosa dan menghilangkannya. Tentunya hal ini dapat menyelamatkan orang
yang berdzikir dari adzab Allah sebagaimana sabda Rasulullah Shallallahu
‘Alaihi wa Sallam :
مَا عَمِلَ آدَمِيٌّ عَمَلًا قَطُّ أَنْجَى لَهُ مِنْ عَذَابِ اللَّهِ مِنْ ذِكْرِ اللَّهِ
“Tidaklah seorang manusia mengamalkan satu amalan yang lebih
menyelamatkan dirinya dari adzab Allah dari dzikrullah.” (HR. Imam Ahmad
dalam Al-Musnadnya)
5. Dzikir menghasilkan pahala, keutamaan dan karunia Allah yang tidak
dihasilkan selainnya, padahal sangat mudah mengamalkannya, karena
gerakan lisan lebih mudah dari gerakan anggota tubuh lainnya. Diantara
pahala dzikir yang disebutkan Rasulullah adalah:
مَنْ قَالَ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ لَهُ
الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ فِي يَوْمٍ
مِائَةَ مَرَّةٍ كَانَتْ لَهُ عَدْلَ عَشْرِ رِقَابٍ وَكُتِبَتْ لَهُ
مِائَةُ حَسَنَةٍ وَمُحِيَتْ عَنْهُ مِائَةُ سَيِّئَةٍ وَكَانَتْ لَهُ
حِرْزًا مِنْ الشَّيْطَانِ يَوْمَهُ ذَلِكَ حَتَّى يُمْسِيَ وَلَمْ يَأْتِ
أَحَدٌ بِأَفْضَلَ مِمَّا جَاءَ بِهِ إِلَّا أَحَدٌ عَمِلَ أَكْثَرَ مِنْ
ذَلِكَ
“Barang siapa mengucapkan (dzikir):
لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ
dalam sehari seratus kali, maka itu sama dengan pahala sepulih budak,
ditulis seratus kebaikan untuknya dan dihapus seratus dosanya. Juga
menjadi pelindungnya dari syeitan pada hari itu sampai sore dan tidak
ada satupun yang lebih utama dari amalannya kecuali seorang yang beamal
dengan amalan yang lebih banyak dari hal itu.” (HR. Al-Bukhari dan
Muslim)
Ibnul Qayim berkata: ‘Dzikir adalah ibadah yang paling mudah namun
paling agung dan utama, karena gerakan lisan adalah gerakan anggota
tubuh yang paling ringan dan mudah. Seandainya satu anggota tubuh
manusia sehari semalam bergerak seukuran gerakan lisannya, tentulah hal
itu sangat menyusahkannya sekali, bahkan tidak mampu.’
6. Dzikir adalah tanaman jannah. Ini berlandaskan sabda Rasulullah
Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam dalam hadits Abdillah bin Mas’ud yang
berbunyi:
لَقِيتُ إِبْرَاهِيمَ لَيْلَةَ أُسْرِيَ بِي فَقَالَ يَا مُحَمَّدُ
أَقْرِئْ أُمَّتَكَ مِنِّي السَّلَامَ وَأَخْبِرْهُمْ أَنَّ الْجَنَّةَ
طَيِّبَةُ التُّرْبَةِ عَذْبَةُ الْمَاءِ وَأَنَّهَا قِيعَانٌ وَأَنَّ
غِرَاسَهَا سُبْحَانَ اللَّهِ وَالْحَمْدُ لِلَّهِ وَلَا إِلَهَ إِلَّا
اللَّهُ وَاللَّهُ أَكْبَرُ
“Aku berjumpa dengan Ibrohim pada malam isra’ dan mi’roj, lalu ia
berkata: “Wahai Muhammad, sampaikan salamku kepada umatmu dan
beritahulah mereka bahwa jannah memiliki tanah yang terbaik dan air yang
paling menyejukkan. Jannah itu dataran kosong (Qai’aan) dan tumbuhannya
adalah (dzikir) Subhanallahi Walhamdulillah Walaa ilaha illa Allah
Wallahu Akbar.” (HR. At-Tirmidzi)
7. Dzikir menjadi cahaya penerang bagi yang berdzikir di dunia, di
alam kubur dan di akhirat. Meneranginya di shirota, sehingga tidaklah
hati dan kuburan memiliki cahaya seperti cahaya dzikrullah. Hal ini
berdasarkan firman Allah Ta’ala:
“Dan apakah orang yang sudah mati kemudian dia Kami hidupkan dan Kami
berikan kepadanya cahaya yang terang, yang dengan cahaya itu dia dapat
berjalan ditengah-tengah masyarakat manusia, serupa dengan orang yang
keadaannya berada dalam gelap gulita yang sekali-kali tidak dapat keluar
dari padanya.” (QS. Al-An’am:122)
8. Dzikir menjadi sebab mendapatkan shalawat dari Allah dan para malaikatNya, sebagamana firman Allah:
“Hai orang-orang yang beriman, berzikirlah (dengan menyebut nama) Allah,
zikir yang sebanyak-banyaknya. Dan bertasbihlah kepada-Nya di waktu
pagi dan petang. Dialah yang memberi rahmat kepadamu dan malaikat-Nya
(memohonkan ampunan untukmu), supaya Dia mengeluarkan kamu dari
kegelapan kepada cahaya (yang terang). Dan adalah Dia Maha Penyayang
kepada orang-orang yang beriman.” (QS. Al-Ahzaab:41-43)
9. Banyak berdzikir dapat menjauhkan seseorang dari kemunafikan,
karena orang munafik sangat sedikit berdzikir kepada Allah, sebagiamana
firman Allah Ta’ala:
“Sesungguhnya orang-orang munafik itu menipu Allah, dan Allah akan
membalas tipuan mereka. Dan apabila mereka berdiri untuk shalat mereka
berdiri dengan malas. Mereka bermaksud riya (dengan shalat) di hadapan
manusia. Dan tidaklah mereka menyebut nama Allah kecuali sedikit
sekali.” (QS. An-Nisaa’:142)
Shahabat Ali bin Abi Thalib ditanya tentang Khawarij: “Apakah mereka
munafiq atau bukan?” Beliau menjawab: “Orang munafik tidak berdzikir
kepada Allah kecuali sedikit.” Ini merupakan alamat kemunafikan, yaitu
sedikit berdzikir kepada Allah. Berdasarkan hal ini maka banyak
berdzikir merupakan pengaman dari kenifakan.
10. Dzikir adalah amalan yang paling baik, paling suci dan paling
tinggi derajatnya, sebagaimana dinyatakan Rasulullah dalam sabdanya:
أَلَا أُنَبِّئُكُمْ بِخَيْرِ أَعْمَالِكُمْ وَأَزْكَاهَا عِنْدَ
مَلِيكِكُمْ وَأَرْفَعِهَا فِي دَرَجَاتِكُمْ وَخَيْرٌ لَكُمْ مِنْ
إِنْفَاقِ الذَّهَبِ وَالْوَرِقِ وَخَيْرٌ لَكُمْ مِنْ أَنْ تَلْقَوْا
عَدُوَّكُمْ فَتَضْرِبُوا أَعْنَاقَهُمْ وَيَضْرِبُوا أَعْنَاقَكُمْ
قَالُوا بَلَى قَالَ ذِكْرُ اللَّهِ تَعَالَى
“Inginkah kalian aku beritahu amalan kalian yang terbaik dan tersuci
serta tertinggi pada derajat kalian, ia lebih baik dari berinfak emas
dan perak dan lebih baik dari kalian menjumpai musuh lalu kalian
memenggal kepalanya dan mereka memenggal kepala kalian?” Mereka
menjawab: “ya”, lalu Rasulullah menjawab: “Dzikrullah.” (HR.
At-Tirmidzi)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar